KINERJAEKSELEN.co, Jakarta – Berbagai kerajinan perak dan logam ditampilkan dalam Festival Perak Kotagede yang diadakan Kemantren Kotagede pada Kamis (23/10/2025) di Universitas Cendekia Mitra Indonesia (eks Tom’s Silver). Pemerintah Kota Yogyakarta mengapresiasi Festival Perak Kotagede yang kembali digelar. Kegiatan itu memperkuat kembali Kotagede sebagai sentra kerajinan perak di Yogyakarta sekaligus membantu meningkatkan pemasaran.
Kepala Dinas Perindustrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Kota Yogyakarta Tri Karyadi Riyanto Raharjo memaknai Festival Perak Kotagede yang diadakan dua kali pada 2025 sebagai strategi rebranding untuk mengakselerasi promosi dan pemasaran kerajinan perak. Termasuk memperkuat kembali Kotagede sebagai sentra kerajinan perak.
“Dengan adanya Festival (Perak Kotagede) kedua ini semakin memperkuat Kotagede sebagai jewelry (perhiasan perak) Kota Yogyakarta,” kata Tri Karyadi saat membuka Festival Perak Kotagede 2025.
Menurutnya karya perak Kotagede memiliki gaya seni khas tersendiri. Namun inovasi dan futuristik menjadi penting bagi para perajin untuk terus berinovasi dan berkreasi agar mempunyai daya saing dengan desain yang lebih modern dan relevan dengan kebutuhan masa kini. Selain menjadi warisan budaya, kriya kerajinan perak ini berperan penting dalam mendukung perekonomian tak hanya Kotagede, tapi Yogyakarta.
“Pemkot Yogyakarta mengapresiasi kegiatan Festival Perak Kotagede ini. Festival ini diharapkan menjadi ajang pertemuan antara pengrajin dan stakeholder lain yang hadir. Tidak sekadar hadir menyaksikan tapi juga memberikan masukan dan apa yang bisa dikolaborasikan,” tuturnya.
Sedangkan Mantri Pamong Praja Kemantren Kotagede, Komaru Ma’arif mengatakan Kotagede dikenal sebagai Kota Perak sejak lama. Tapi seiring waktu perkembangannya meredup dan banyak yang gulung tikar. Menghadapi kondisi itu Kemantren Kotagede membangkitkan lagi memelihara dan melestarikan kerajinan perak dan logam di Kotagede melalui Festival Perak Kotagede. Kemantren Kotagede juga membuat lima langkah untuk membangkitkan perak dan logam di Kotagede
“Kami melakukan pengelolaan database para perajin perak sekaligus membangun sistem informasi kerja sama UKDW. Kita membentuk Paguyuban Pangrukti Kriya Mataram sebagai wadah komunikasi. Tenaga kerja perajin perak kurang, sehingga kita ada pelatihan dasar teknik kerajinan perak. Kita juga revitalisasi desain produk agar bisa mengikuti perkembangan zaman. Dan langkah kelima melalui Festival Perak Kotagede,” terang Komaru.
Festival Perak Kotagede kedua mengusung tema Jejak Perak Inspiratif Futuristik dari tradisi ke inovasi. Karya kerajinan perak dan logam yang ditampilkan antara lain berupa perhiasan perak seperti cincin, kalung, liontin, gelang, anting. Ada juga miniatur becak, kerajinan keris, helm aluminium yang ditatah serta karya perak klasik. Sebagian karya itu juga dapat dibeli pengunjung. Festival Perak Kotagede juga menampilkan workshop demo pembuatan kerajinan, perak dan logam serta kuliner.
Sementara itu pelaku usaha kerajinan perak Kotagede sekaligus Pengurus Paguyuban Pangrukti Kriya Mataram, Priyo Salim dalam kegiatan itu menjelaskan kerajinan perak Kotagede dimulai sejak abad ke-16. Tapi tidak bisa dilacak karya perak Kotagede di abad itu karena saat kelangkaan bahan baku, para perajin melebur karya lama untuk karya baru. Adapun jenis-jenis teknik produksi kerajinan perak di Kotagede adalah teknik ondelan, tata ukir, gergajian, trap-trapan dan meniran.
“Permasalahan kerajinan perak Kotagede adalah pemasaran, harga bahan baku yang fluktuatif. Kini harga bahan baku berat sekali. Januari 2025 harga perak Rp 15 juta/kg kini menjadi Rp 30 juta/kg. Saat bahan baku naik, penjual bahan baku tidak mau menjual, takut tidak bisa kulak. Ketika pengusaha dapat order, terpaksa melebur koleksi stok. Sudah ada perusahaan perak Kotagede yang terpaksa melebur sekitar 40 kg produk barang jadi stoknya karena harus memproduksi,” jelas Priyo perajin dan pengusaha perak senior di Kotagede.
Dia menambahkan permasalahan kerajinan perak Kotagede lainnya adalah hubungan perusahaan besar dan pemasoknya, penciptaan desain baru, regenerasi pengusaha dan pengrajin serta skill pengrajin perak. Selain itu ketiadaan dokumentasi produksi perak dari dulu. Oleh sebab itu butuh penanganan yang serius dan terpadu dari semua pihak agar perak Kotagede tetap lestari.
“Kerajinan perak di Kotagede memiliki sejarah panjang dan bernilai tinggi, akan sangat sayang sekali kalau hilang. Maka apapun usaha untuk merevitalisasi perak Kotagede akan kita dukung. Cuma kita butuh pasar dan bahan baku yang harganya standar,” tandasnya
Sumber: Pemerintah Kota Yogyakarta












