Cheroline Chrisye Makalew: Dari Sampah Menuju Kesadaran – Kebangkitan Manokwari Menuju Masa Depan Sirkular

KINERJAEKSELEN.co, Manokwari – Di bawah langit lembut Manokwari, ketika ombak perlahan menyentuh kaki bukit hijau Papua Barat, semangat baru tentang kesadaran lingkungan bergetar di sebuah ruang pertemuan sederhana di salah satu hotel kota ini. Di sanalah Anggota Komisi XII DPR RI Fraksi NasDem Dapil Papua Barat, Cheroline Chrisye Makalew, S.P., membuka secara resmi Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengelolaan Sampah Spesifik — bukan sekadar kegiatan teknis, melainkan pertemuan nurani tentang cara manusia memperlakukan bumi yang menumbuhkannya.

Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLH/BPLH RI) dan Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLHP) Kabupaten Manokwari, menghadirkan dua narasumber utama: Yenny Purnawati, S.Sos., M.I.Kom., dari KLH/BPLH RI, serta Yohanes Ada Lebang, S.P., M.Si., Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran, Pengelolaan Keanekaragaman Hayati, dan Pengaduan Lingkungan DLHP Manokwari. (Rabu, 08/10/2025)

Puluhan mahasiswa Universitas Caritas Indonesia (UNCRI) hadir bersama perwakilan masyarakat, komunitas, dan para pegiat lingkungan. Rektor UNCRI, Prof. Dr. Roberth Kurniawan Ruslak, S.H., M.Hum., M.M., CLA., menyampaikan sambutan penuh makna, menegaskan bahwa mahasiswa bukan hanya penimba ilmu, tetapi agen perubahan yang harus membawa terang kesadaran ekologis di tengah masyarakat.

Dalam suaranya yang tegas sekaligus lembut, Cheroline Makalew berbicara dengan nada yang lahir dari kasih dan tanggung jawab.

“Sebagai anak Manokwari,” ujarnya, “saya tahu betul bagaimana persoalan sampah bukan hanya soal tumpukan kotoran, tetapi cermin dari cara kita menghormati tanah ini. Karena itu, saya ingin kegiatan ini memberi manfaat nyata bagi masyarakat.”

Di masa resesnya sebagai anggota DPR RI, Cheroline menegaskan komitmennya dengan menyiapkan 12 unit motor sampah roda tiga untuk membantu kelurahan di Manokwari, serta peralatan lainnya seperti, biopori, komposter, tempat sampah terpilah, keranjang Takakura dan sprayer pompa. Sebuah langkah kecil yang berpotensi menjadi perubahan besar.

Sesi pertama dibawakan oleh Yenny Purnawati, yang membuka pandangan peserta bahwa persoalan sampah bukan hanya teknis, tetapi moral dan kultural. Ia berbicara tentang sampah spesifik—dari limbah B3 rumah tangga, sampah elektronik, hingga karet bekas—seraya mengingatkan pentingnya memberi teladan dari rumah sendiri: membawa tas belanja non-plastik, tidak membakar sampah, dan menanamkan kebiasaan hijau pada generasi muda.

Kemudian, Yohanes Ada Lebang menyampaikan paparan yang berpijak pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, menekankan bahwa keberhasilan pengelolaan sampah bergantung pada sinergi seluruh unsur—pemerintah, swasta, dan masyarakat.

“Tanggung jawab bersama dan partisipasi aktif warga adalah fondasi utama. Tanpa itu, tak mungkin kita mencapai lingkungan yang bersih dan berkelanjutan,” ungkapnya.

Ia menggarisbawahi pentingnya penerapan ekonomi sirkular, di mana setiap limbah dapat diubah menjadi sumber daya baru dengan melakukan hilirisasi berbagai jenis sampah. Ia juga mengusulkan pembentukan Forum Corporate Social Responsibility (CSR) lingkungan/tanggungjawab social perusahaan (tanggunjawab sosial dan lingkungan/TSJL) di Kabupaten Manokwari sebagai wadah kolaborasi lintas sektor dalam mengatasi persoalan sampah secara kolektif.

Diskusi berlangsung hangat dan hidup. Mahasiswa UNCRI dengan antusias mengajukan pertanyaan: bagaimana strategi mengurangi sampah dari rumah tangga, peluang bisnis daur ulang plastik dan logam, hingga tantangan pembiayaan pengelolaan sampah di daerah. Pertanyaan-pertanyaan itu mencerminkan kepedulian generasi muda yang tidak ingin mewarisi dunia yang abai.

Pada penghujung acara, semangat yang mengalir di ruang itu terasa berbeda—lebih dalam, lebih berjanji. Bimtek ini bukan hanya pelatihan teknis, tetapi gerakan kecil menuju perubahan budaya. Dari ruang itulah, muncul keyakinan bahwa Manokwari dapat menjadi contoh kota yang bangkit dari tumpukan sampah menuju kesadaran ekologis yang berkelanjutan.

Di antara gemericik laut dan hijaunya perbukitan Arfak, tersimpan pesan yang lebih luas: bahwa dari tumpukan sisa, manusia bisa menumbuhkan kebijaksanaan. Dan di tangan pemimpin muda seperti Cheroline Chrisye Makalew, harapan itu menemukan bentuknya — nyata, sederhana, dan berakar pada cinta terhadap bumi pertiwi.

[Yo]

 

banner 400x130

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *