Program Digital Talent Scholarship (DTS) kembali disiapkan pada 2025 ini agar bisa mencetak 100 ribu talenta digital.
KINERJAEKSELEN.co, Jakarta – Pengembangan talenta digital merupakan bagian penting yang tak terpisahkan untuk mendukung tercapainya kesuksesan dari program-program prioritas yang dicanangkan oleh Presiden RI Prabowo Subianto-Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka.
Setidaknya ada beberapa program prioritas seperti makan bergizi gratis (MBG), swasembada pangan, swasembada energi, dan hilirisasi industri. Termasuk juga program reformasi birokrasi melalui digitalisasi dan satu data nasional.
Mengacu pada data The Future of Jobs Report 2025 yang diterbitkan World Economic Forum (WEF), pesatnya perkembangan transformasi digital saat ini menghasilkan potensi terciptanya 149 juta pekerjaan baru di bidang digital pada tahun 2025.
Apa saja potensi pekerjaan baru di sektor digital? Setidaknya ada lima bidang digital yang bertumbuh pesat, yakni kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), Mega Data (Big Data), Jaringan (Networks), Keamanan Siber (Cyber Security), dan Literasi Teknologi,
Untuk bidang tersebut, maka dibutuhkan kecakapan seperti berpikir kreatif, resiliensi, fleksibilitas, agility, rasa ingin tahu, dan pembelajar sepanjang masa (lifelong learning).
Mengantisipasi hal ini, serta untuk memenuhi kebutuhan kesenjangan talenta di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) RI menargetkan untuk mencetak 100.000 talenta digital berkualitas tahun ini melalui program Digital Talent Scholarship (DTS). Program ini secara kontinyu dijalankan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kemkomdigi RI (dulu Kementerian Kominfo) sejak 2018.
Meski demikian, Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) dalam 100 hari kerja perdana sebagai bagian Kabinet Merah Putih (KMP) telah berhasil mencetak 10.000 talenta digital untuk memenuhi kebutuhan industri yang sejalan dengan percepatan transformasi digital nasional.
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Angga Raka Prabowo mengatakan percepatan pemenuhan talenta digital dilakukan juga untuk mendukung kemakmuran masyarakat Indonesia di masa depan.
“Alhamdulillah dalam tiga bulan kita bisa mencetak 10.000 lagi. Ini kan angka, tapi kita tidak hanya mengejar kuantitas tapi juga kita kejar kualitas juga,” kata Wakil Menteri Komunukasi dan Digital (Wamenkomdigi) Angga Raka Prabowo di Digital Talent Center Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (24/1/2025).
Talenta digital, disebutnya merupakan motor penggerak dari teknologi-teknologi yang memiliki potensi untuk dikembangkan dalam mendukung kesuksesan program-program prioritas pemerintah serta meningkatkan ekonomi masyarakat.
Seperti pemakaian AI untuk mengukur kebutuhan energi, pengembangan aplikasi pendaftaran usaha untuk hilirisasi industri berbasiskan sumber daya alam atau UMKM. Contohnya, penerapan aplikasi SATUSEHAT Mobile, aplikasi layanan kepelabuhanan INAPORTNET, serta ratusan startup, laman maupun e-commerce yang menjajakan produk dan jasa anak bangsa.
Selain itu, mengejar pemenuhan talenta digital juga diperlukan. Pasalnya, Badan Pengembangan SDM (BPSDM) Kemkomdigi menyebutkan hingga 2030 Indonesia membutuhkan 9 juta talenta digital. Sayangnya, yang mampu dipasok oleh pendidikan formal seperti pendidikan tinggi hanya sekitar 6 juta talenta digital.
Seturut demikian, penting untuk mempercepat laju pertumbuhan talenta digital di Indonesia menggunakan mekanisme lain, termasuk lewat beragam kolaborasi dengan pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, industri, bahkan komunitas masyarakat.
Oleh karena itu, Program Digital Talent Scholarship (DTS) kembali disiapkan pada 2025 ini agar bisa mencetak 100 ribu talenta digital dari tujuh jenis akademi yang ada meliputi Thematic Academy (TA), Digital Entrepreneurship Academy (DEA), Fresh Graduate Academy (FGA), Talent Scout Academy (TSA).
Lalu ada juga Vocational School Graduate Academy (VSGA), Goverment Transformation Academy (GTA), dan yang terakhir adalah Professional Academy (PROA). Materi yang diajarkan mulai dari topik Artificial Intelligence, cyber security, komputasi awan, hingga coding.
Sejak DTS digulirkan dari 2018 sampai 2024, Komdigi telah mencetak satu juta talenta digital baru. Sedangkan para periode yang sama untuk peserta Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) telah menjangkau lebih dari 24 juta.
Seiring dengan DTS 2025, Komdigi menggandeng sejumlah mitra khususnya perusahaan-perusahaan teknologi seperti Microsoft, CISCO, Google, Indosat, Alibaba, hingga Amazon Web Service agar pelatihan yang diberikan bisa sejalan dengan kebutuhan industri.
Tak hanya memberikan pelatihan, dengan mitra-mitra tersebut Kemkomdigi juga menginisiasi kegiatan penyerapan talenta digital mulai dari bootcamp, kesempatan magang, hingga job fair.
“Bermitra dengan berbagai pemangku kepentingan menjadi hal yang sangat penting, baik dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, berbagai perusahaan teknologi digital serta perguruan tinggi,” imbuh Wamen Angga.
Satu hal, untuk mengukur kondisi Kemkomdigi mengadopsi teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari, Komdigi menggelar survei Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) di tahun ini.
“Kita akan fokus ke kabupaten/kota. Yang mana temuan IMDI-nya masih kurang, kurang bagus, maka kita akan konsentrasi mengembangkan SDM digital di situ. Kami akan melakukan survei dalam empat pilar yaitu terkait kesiapan infrastruktur (digital), keterampilan digital, industri digital, dan literasi digital,” ujar Plt Kepala Badan Pengembangan SDM Kementerian Komdigi Hary Budiarto.
Program pengembangan talenta digital tersebut juga merupakan upaya pemerintah dalam mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi nasional sampai 8 persen. Transformasi digital dalam beberapa sektor terbukti mampu menguatkan daya saing, efisiensi bisnis, serta mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Sumber: Indonesia.go.id