Catatan D. Supriyanto JN *)
Pada era keterbukaan kini, setiap orang begitu mudahnya disuguhi beragam informasi. Tak hanya itu, ada beragam ide dan opini yang mengisi ruang publik kita. Semakin mudahnya kita memperoleh akses terhadap informasi, nyatanya tidak selalu membuat kita lebih pintar. Banjirnya informasi, tidak jarang hanya berdampak pada mudahnya kita menjudge sesuatu, berdasarkan kacamata kita.
Mari kita tengok sejenak ruang publik kita, medsos. Hampir setiap saat kita dijejali dengan informasi-informasi yang boleh dikatakan ‘mengerikan’ dan kadang membuat darah kita ikut mendidih. Di twitter, banyak cuitan para buzer yang kadang sering asbun tanpa didasari analisis terhadap suatu persoalan. Akibatnya, timbul kegaduhan, saling serang dan saling caci.
Fenomena yang terjadi belakangan, adalah ramainya setiap diri menilai orang lain.Ruang-ruang publik disesaki beragam penilaian mengenai banyak hal. Setiap orang bebas memberikan opini dan pendapat. Tidak sedikit yang tiba-tiba menjadi pakar, menentukan mana yang benar dan mana yang salah, tanpa melihat cerita yang ada di sebaliknya. Alih-alih memberikan solusi, tapi justru menimbulkan perselisihan, bahkan kepada mereka yang secara fisik tidak sekalipun pernah kita temui.
Dengan demikian, memberikan judgement atas pilihan yang diambil orang lain sama dengan memaksakan ukuran sepatu kita kepada orang lain. Oleh karena itu, tahanlah diri kita untuk tidak dengan mudah berkomentar. Sebab ada hal-hal yang memang layak untuk dikomentari, tetapi ada yang lebih layak untuk kita jadikan bahan introspeksi.
Menyibukkan diri dengan lebih banyak menilai diri sendiri adalah lebih utama dibandingkan sibuk mengomentari pilihan yang diambil oleh orang lain, apalagi tanpa memberikan solusi.
Kini, pada setiap kondisi yang terjadi di luar kita, mari lebih bijak beropini. Sebab, kita tidak pernah tahu, apa rencana Tuhan pada diri kita suatu saat nanti. Hingga kita baru tersadar saat takdir mencandai kita dengan kenyataan yang memaksa kita untuk mengambil pilihan yang berbeda dari apa yang kita yakini sebelumnya.
Mari kita berbenah diri, berintrospeksi. Cintai negeri ini dengan opini yang cerdas, sejuk dan membangun.
*) Pekerja budaya, penikmat kopi pahit