Oleh: Syahril Syam *)
Bayangkan jika seorang anak pergi ke sekolah setiap hari dan merasa bahwa gurunya benar-benar peduli pada mereka. Guru tersebut tidak hanya mengajar, tetapi juga mendengarkan anak-anak, memberi mereka semangat, dan memahami jika ada yang merasa sedih atau kesulitan. Dalam suasana seperti itu, anak akan merasa nyaman dan lebih percaya diri untuk belajar. Sebaliknya, jika guru bersikap dingin atau tidak sabar, anak bisa merasa tidak diperhatikan, takut membuat kesalahan, atau bahkan tidak bersemangat datang ke sekolah. Ini bisa membuat prestasi belajarnya menurun.
Robert C. Pianta dan Bridget K. Hamre melakukan penelitian penting yang mengkaji hubungan antara interaksi guru dan murid dengan hasil pembelajaran, terutama di kalangan anak-anak TK dan awal SD. Penelitian ini menekankan pentingnya interaksi berkualitas dalam mendukung perkembangan akademik dan emosional murid, dengan fokus pada bagaimana hubungan guru-murid memengaruhi hasil belajar murid di tahap awal pendidikan. Ini sangat penting karena pondasi terbentuknya kebiasaan positif pada anak terkait pembelajaran, biasanya terjadi di masa kanak-kanak dan tahap awal SD.
Tentu saja penelitian Pianta dan Hamre juga dapat diterapkan pada semua level pendidikan, khususnya di masa SMP dan SMA. Pianta dan Hamre menemukan bahwa ketika guru menyediakan dukungan emosional yang kuat – seperti dengan menunjukkan empati, perhatian, dan pemahaman terhadap kebutuhan individu murid, maka hal ini memiliki dampak positif pada perkembangan akademik dan kesejahteraan murid. Dukungan emosional dari guru membantu murid merasa lebih nyaman, aman, dan termotivasi untuk belajar. Ketika seorang murid membuat kesalahan dalam mengerjakan tugas matematika, seorang guru yang baik tidak hanya memberi nilai jelek, tetapi memberikan saran yang membangun seperti, “Bagus kamu sudah berusaha! Coba kita lihat bagian mana yang membuat bingung, dan kita pelajari bersama.” Murid tersebut akan merasa didukung dan akan berusaha lebih keras di tugas berikutnya.
Guru yang dapat mengelola kelas dengan baik, misalnya dengan menetapkan aturan yang jelas, tapi tetap fleksibel saat murid kesulitan, akan menciptakan suasana belajar yang nyaman. Anak-anak tahu apa yang diharapkan dari mereka, tapi juga merasa tidak terlalu tertekan jika membuat kesalahan. Ini membantu mereka belajar dengan lebih baik. Juga ketika salah satu muridnya tampak sedih, guru tersebut mungkin bertanya, “Apakah kamu baik-baik saja? Apa ada yang bisa saya bantu?” Sikap perhatian ini membuat murid merasa bahwa mereka penting dan diperhatikan, sehingga mereka lebih termotivasi untuk belajar dan berpartisipasi di kelas.
Penelitian ini menunjukkan bahwa dampak interaksi positif antara guru dan murid sangat terasa di kalangan anak-anak muda yaitu pada pendidikan usia dini dan sekolah dasar. Pada usia ini, murid lebih sensitif terhadap dukungan sosial dan emosional yang diberikan oleh guru, yang membuat hubungan positif menjadi faktor kunci dalam membentuk sikap murid terhadap sekolah dan pembelajaran. Interaksi yang positif di masa awal sekolah memengaruhi perkembangan murid dalam jangka panjang. Anak-anak yang memiliki hubungan baik dengan gurunya menunjukkan kemajuan yang lebih baik tidak hanya dalam prestasi akademik tetapi juga dalam keterampilan sosial dan emosional, yang keduanya sangat penting untuk kesuksesan pendidikan di tahap-tahap selanjutnya.
Pianta dan Hamre menyarankan bahwa guru harus berfokus pada pengembangan hubungan interpersonal yang positif dengan murid mereka, menggunakan pendekatan yang responsif dan suportif. Ini melibatkan strategi-strategi seperti penghargaan atas usaha murid dan bukan hanya hasil; pemberian dukungan emosional, terutama pada murid yang mengalami kesulitan; penerapan aturan dan struktur yang jelas, namun tetap fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu murid; dan memberikan umpan balik yang konstruktif untuk mendukung perkembangan akademik dan sosial. Dampak positif ini bisa terjadi bukan hanya pada anak di usia TK dan SD, tapi juga pada siswa SMP dan SMA. Penelitian Pianta dan Hamre semakin jelas membuktikan bahwa setiap dari manusia selalu membutuhkan perhatian secara emosional. Dan terbukti, ketika seorang murid memiliki hubungan positif dengan guru akan cenderung lebih patuh terhadap aturan dan disiplin di sekolah.
@pakarpemberdayaandiri