Spirit  

Memaknai Rezeki

Foto ilustrasi

 

Nelayan mengarungi hamparan samudera yang kadang ganas, kadang bersahabat. Mereka bergerilya mencari rizki untuk keluarga. Harapannya pun sederhana, hari itu beroleh ikan yang bisa dibawa pulang untuk kemudian dijual di pasar atau kepada tengkulak yang sudah menunggu di bibir pantai. Begitu proses yang harus dijalani demi sesuap nasi. Melalui ilustrasi kisah tersebut, kita diajak untuk mentafakuri makna rezeki.

Bahwa nikmat sekecil apapun itu, ternyata mengalami proses panjang dan berliku. Tak serta merta ia sampai kepada kita, melainkan atas jalan dan kuasa Tuhan yang membuatnya terjadi.

Rezeki sejatinya adalah sebentuk keajaiban dan kemurahan Tuhan yang dianugerahkan kepada kita. Bahkan atas rezeki sebutir garam saja, Tuhan mengirimkannya dengan cara yang luar biasa. Begitu rumit, dan teliti. Rezeki sudah menjadi ketetapan Tuhan.

IA memberi kelebihan kepada sebagian, dan memberi kekurangan kepada sebagian yang lain.   Oleh karena itu  justifikasi yang secara tidak sadar kita berikan kepada mereka yang kekurangan, serta jumawa  hati atas kelebihan yang kita miliki, dihindari.

Kita cukup mengusahakan yang terbaik. Selanjutnya biarkanlah sunatullah berlaku, beriringan dengan ketetapan Tuhan. Sebagaimana Imam Al-Ghazali menerangkan : meski kita tidak tahu dimana keberadaan rezeki kita, tetapi rezeki kita tahu dimana kita berada. Ia akan datangi kita sebagaimana titah Tuhan .

Mari, pastikan bahwa kita mensyukuri setiap nikmat sekecil apapun itu, serta meyakini bahwa Tuhan menjaminkan ia datang dimanapun kita berada. Kesyukuran kita atas rezeki, pastikan ia bebas dari rasa ke-akuan dan tanpa merendahkan mereka yang kekurangan.

 

Narasi:  Jagad N

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *