KINERJAEKSELEN.co, Jakarta – Sejak diberlakukan Permentan No 10 Tahun 2022 tentang pembatasan Jenis Pupuk dan Komoditas yang disubsidi membuat petani di Wilayah Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi resah.
Pasalnya komoditas utama di wilayah Pesanggaran yaitu buah naga tidak mendapat jatah pupuk bersubsidi. Ditambah harga pupuk non subsidi yang semakin mahal.
Kondisi ini memaksa petani untuk mencari solusi agar tanaman buah naga tetap produksi, karena bertani adalah satu satunya pencaharian kami ungkap pak seger salah satu petani yang menerapkan biogas.
“Kalau tanaman kita tidak dirawat hanya karena tidak ada pupuk subsidi, maka yang rugi adalah kita sendiri sebagai petani, karena sama saja memutus penghasilan kita,” kata Seger petani setempat.
Melalui informasi dari kegiatan pertemuan rutin kelompok tani yang dihadiri oleh petugas penyuluh pertanian lapang (PPL), salah satu solusi untuk mengatasi ketergantungan dengan pupuk kimia adalah menggunakan pupuk organik dari kotoran hewan.
Jika ingin manfaat lebih dari kotoran hewan, maka setiap petani yang punya ternak bisa membuat instalasi biogas yang dapat menghasilkan pupuk organik siap pakai serta biogas yang dapat digunakan untuk memasak. Dengan demikian petani akan dapat mandiri dalam menyediakan pupuk bagi tanamannya serta tidak lagi kebingungan membeli gas LPG.
Biogas sendiri merupakan energy yang dihasilkan dari proses pembusukan bahan organic limbah ternak atau limbah rumah tangga. Dengan teknologi ini, kotoran ternak yang sudah melalui proses pelapukan dari instalasi biogas bisa langsung menjadi pupuk organic cair siap pakai. Jadi tidak perlu dilakukan fermentasi lagi layaknya membuat pupuk organic. Keuntungannya lagi pupuk organic dari biogas bisa dipanen setiap hari dan sudah tidak berbau kotoran.
Dari biogas ini Seger mengaku sudah mendapat manfaat yang sangat banyak. Pupuk organik yang dihasilkan dari 2 sapi yang dia rawat bisa mencukupi kebutuhan pupuk untuk tanaman buah naga seluas 0,3625 Ha, serta kebutuhan gas untuk memasak selama 2 jam per hari.
Tidak hanya Seger, di pesanggaran sudah ada 4 petani yang sudah memiliki biogas. Bahkan yang pertama kali yang membuat yaitu Ponidi di dsn. Sumberdadi Ds. Kandangan sejak tahun 2019 sudah tidak pernah memakai pupuk kimia dilahan buah naganya.
” Kami berharap banyak petani yang memiliki ternak dapat mencontoh apa yang sudah dilakukan oleh pak seger, supaya petani dapat mandiri terhadap kebutuhannya sendiri yaitu pupuk dan energy gas. Dengan demikian petani tidak lagi ketergantungan dengan pupuk kimia yang semakin lama semakin mahal,” ungkapAgus Oribianto (mantri tani kec Pesanggaran)
[veri kurniawan]