Akademisi dan cendekiawan muslim yang rendah hati
KINERJAEKSELEN.co, Jakarta – Indonesia kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya Prof. Azyumardi Azra. Berpulangnya Ketua Dewan Pers, Prof. Azyumardi Azra, meninggalkan duka mendalam, tidak hanya bagi kalangan pers nasional, namun juga seluruh rakyat Indonesia. Prof. Azyumardi Azra, adalah cendekiawan muslim yang menorehkan banyak prestasi sebelum terpilih menjadi Ketua Dewan Pers untuk periode 2022-2025.
Dalam salah satu pesannya sebagai Ketua Dewan Pers, sosok akademisi yang selalu tampil sederhana ini menghimbau kepada insan pers di berbagai platform, untuk bekerja sesuai kode etik jurnalistik.
Selain bekerja sesuai dengan kode etik jurnalistik, Prof. Azyumardi Azra juga meminta kepada insan pers Indonesia untuk melakukan pemberitanaan dengan penuh tanggung jawab dan berdampak positif bagi publik.
“ Pers harus didorong untuk menampilkan karya jurnalistik yang berdampak positif bagi kemanusiaan. Dibuat sesuai dengan etik dan tidak melakukan glorifikasi,” pesan Prof. Azyumardi Azra.
Prof. Azyumardi Azra, tidak hanya sosok dalam dunia Pers Indonesia, yang menjabat sebagai Ketua Dewan Pers, namun juga seorang cendekiawan muslim .
Azyumardi Azra, merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) yang mendapat gelar Commander of the Order of the British Empire” (CBE) dari Ratu Inggris Elizabeth II. Dengan gelar tersebut, Ia menjadi sosok bergelar ‘sir’ pertama di Indonesia.
Azyumardi Azra meninggal dalam usia 67 tahun, lahir di Lubung Alung, Padang Pariaman, Sumatra Barat, pada 4 Maret 1955. Adapun latar belakang pendidikannya adalah sebagai berikut:
- Menempuh pendidikan di Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta tahun 1982.
- Meraih gelar Master of Art (MA) pada Departemen Bahasa dan Budaya Timur Tengah, Columbia University pada tahun 1988 dengan biaya pendidikan berupa beasiswa Fullbright.
- Meraih gelar Master of Philosophy (Mphil) dari Departemen Sejarah Columbia University tahun 1992
- Meraih gelar Doctor of Philosophy Degree dengan disertasi berjudul “The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Network of Middle Eastern and Malay-Indonesian ‘Ulama in the Seventeenth and Eighteenth Centuries”.
Perjalanan karir
Kiprahnya di dunia media dan akademik dimulai dari kembali ke Jakarta setelah menyelesaikan pendidikan pada tahun 1993. Berikut jejak karier cendekiawan Azyumardi Azra.
- Menjadi wartawan Panji Masyarakat, kisaran tahun 1979-1985
- Mendirikan dan memimpin Redaksi Studia Islamika, Jurnal Indonesia khusus untuk studi Islam, tahun 1993
- Menjabat sebagai rektor UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, kisaran tahun 1998-2006
- Menjabat sebagai Direktur Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, sejak Desember 2006
- Dosen Fakultas Adab
- Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
- Guru Besar Sejarah Fakultas ADAB IAIN Jakarta
- Pembantu Rektor I IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta tahun 1988
- Diangkat menjadi Professor Fellow di Universitas Melbourne, Australia pada tahun 2004-2009
- Anggota Dewan Penyantun (Board of Trustees) International Islamic University Islamabal Pakistan (2004-2009)