Opini  

Bersineregi Membangun Morowali, Menuju Morowali Sejahtera

Ketua DPC Partai Demokrat Morowali Syarifuddin Hafid

Bagian akhir dari dua tulisan

Oleh : H. Syarifuddin Hafid.

Dalam konsep otonomi daerah, para pemimpin di daerah  diberi wewenang untuk mengelola sumber daya lokal yang dimiliki untuk membuat masyarakatnya menjadi lebih sejahtera. Mereka dipilih dan diberi kepercayaan untuk memimpin rakyat agar lebih sejahtera dan membangun daerah menjadi lebih maju. Di tangan para pemimpin itulah ditentukan bagaimana masa depan rakyat, dan di pundak para pemimpin itu digantungkan harapan-harapan rakyat yang dipimpin

Mensejahterakan rakyat adalah kewajiban seorang pemimpin. Pemimpin yang baik akan mampu mendengar apa yang dikeluhkan rakyat, bisa memberi jalan keluar terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi rakyat.

Untuk membangun suatu daerah yang masih berusia belia (23 tahun, red) perlu menentukan strategi

Langkah yang dilakukan Anwar Hafid pada awal memimpin Kabupaten Morowali, adalah menentukan strategi pengembangan potensi ekonomi daerah.

Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu parameter yang paling strategis. Tidak hanya itu, penentuan terkait besaran asumsi pertumbuhan ekonomi juga memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi di suatu daerah.

Masyarakat akan meningkat taraf ekonominya, jika roda perekonomian di daerah berjalan dengan baik. Dalam upaya mengembangkan potensi ekonomi di daerah, Pemerintah Kabupaten Morowali harus berada di garda depan dengan membuat perencanaan yang tepat untuk menentukan arah kebijakan pembangunan daerah.

Mengingat Kabupaten Morowali memiliki potensi yang besar pada sektor pertanian, pemerintah daerah harus  menitik beratkan pembangunan ekonomi pada sektor pertanian, dengan kontribusi utama pada sub sektor tanaman pangan dan perkebunan.

Tingkat pertumbuhan ekonomi akan membaik, jika didukung penguatan SDM yang handal, maka selain pengelolaan potensi sumber daya alam, pembangunan ekonomi pertanian juga harus menjadi fokus utama. Pembangunan pada sektor pertanian inilah yang kita genjot.

Banyak potensi unggulan yang dimiliki Morowali, untuk itulah kita membutuhkan sumber daya manusia yang unggul, visioner, dan memiliki daya saing. Diperlukan disiplin dan etos kerja yang baik bila kita ingin Morowali terus menjadi lebih baik. Seorang Insinyur pertanian harus mau menjadi petani, mengolah lahan, mentransformasi ilmu yang dimiliki.

Dalam membangun Morowali harus mempertimbangkan berbagai faktor dan dampak sosial yang sering muncul seiring pertumbuhan ekonomi. Untuk hal ini, ada beberapa kiat yang diterapkan, diantaranya melaksanakan konsolidasi budaya, birokrasi, masyarakat dan penguatan ekonomi rakyat.

Tak kalah penting, tetap menjaga psikologi birokrasi. Kemudian, melakukan rekrutmen Pegawai Negeri Sipil (ASN) dengan minimal IPK tertentu untuk memperkuat SDM penyelenggara layanan publik.

Upaya terobosan pun perlu dilakukan dan terus dikembangkan. Selain itu, penting pula memperkuat sinergi antar unit. Perumusan indikator kinerja yang mendorong sinergi antar unit perlu terus dikembangkan. Proses alignment ini tentunya akan mengoptimalkan kinerja unit. Pun demikian di sisi individu, perlu terus dikembangkan sistem yang mampu meminimalisir adanya free rider dalam mencapai kinerja.

Pengelolaan kinerja dan risiko merupakan hal yang sifatnya strategis dan harus menjadi perhatian seorang pimpinan. Untuk itu perlu terus dijaga ruh nya jangan sampai menjadi rutinitas dan formalitas belaka.

Inovasi baru terus dikembangkan dalam menyelaraskan pengelolaan kinerja dan risiko.

Dalam implementasi pengelolaan kinerja, ada beberapa strategi yang bisa dilakukan. Faktor pertama adalah penyiapan kompetensi pegawai. Pegawai memiliki peran penting karena merekalah yang akan mengimplementasikan sehari-hari. Tingkat pemahaman pegawai akan sangat berpengaruh terhadap seberapa besar peran pegawai tersebut berhasil dijalankan.

Faktor kedua, adalah infrastruktur. Yang dimaksud disini adalah unit yang mengkoordinasikan pengelolaan kinerja atau manajer kinerja. Manajer kinerja menjadi partner utama pimpinan dalam monitoring kinerja unitnya.

Faktor ketiga, adalah perubahan budaya. Hal ini sangat penting, karena ke depan diharapkan pengelolaan kinerja menjadi suatu kebutuhan organisasi dan pegawai, dan bukan lagi sebagai suatu beban.

Syarat utama membangun budaya kinerja adalah kepemimpinan dan disiplin. Kepemimpinan menjadi model penerapan standar manajemen kinerja seluruh unit kerja mulai dari level Kepala Dinas hingga Kepala Seksi.

Kepemimpinan dapat membangun budaya kinerja baru, dan budaya kinerja juga dapat membangun karakter kepemimpinan baru. Perilaku positif dari pemimpin melahirkan praktik-praktik yang sehat dan akuntabel.

Disiplin memastikan semua aturan, kebijakan dan kesepakatan dilaksanakan penuh dedikasi dan motivasi tinggi. Disiplin mengutamakan ketegasan prinsip, penggunaan standar terbaik dan akuntabilitas yang memadai.

Hal inilah yang menjelaskan mengapa komitmen dan ekspektasi mesti jelas serta dikomunikasikan secara luas. Perilaku yang kurang tegas, tekad dan sangsi yang lemah akan melahirkan budaya kinerja yang asal jadi.

*) Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Morowali, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Morowali.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *