Catatan Yacob Erteste
Sejujurnya saya tak paham yang dimaksud politik identitas. Karena itu, bisa jadi dalam Pemilu maupun Pilpres tahun 2024 yang sudah semakin memanas sejak kemarin dulu itu, bahwa sebetulnya kampanye terselubung sudah dilakukan. Termasuk menakut-nakuti bahkan melarang menggunakan politik identitas yang danar-samar bisa saya terjemahkan dengan cara yang paling gampang. Namun, toh arti dan msksud dari politik identitas itu tetap juga tidak bisa dipahami secara terang benderang.
Jadi kesimpulan sederhananya yang bisa saya buat, selagi politik identitas hanya sebatas himbauan — belum ada juklak pelarangan — maka politik identitas boleh saja keterabas — karena bisa saja mungkin tidak sengaja telah dilakukan. Termasuk politik uang yang dapat diprakktekkan dengan berbagai cara dan model. Srperti seorang kandidat calon presiden yang membangkitkan sentimen kaum petempuan fi desa-desa sekatang, meski seumur-umur sebelumnya tak pernah berjunjung ke daerah itu. Lalu kaum tani yang dia kuyo-kuyo di suatu daerah diklaim telah siap memberi dukungan. Memang tanpa menyebut anti kaum laki-laki.
Padahal Emak-emak di Jakarta yang aktif melakukan unjuk rasa menprotes kenaikan harga BBM yang diklaim pemerintah cuma penyesuaian harga itu, justru terkesan punya pilihan calon presiden berjenis kelamin lelaki.
Diskusi serius saya dengan Gusti Ratu Aqeela Saijah ikhwal politik yang semakin memanas hari ini, jadi teringat dengan sayur yang dimasak kematin dan sedang kami santap lagi pagi ini untuk sarapan pagi.
Jadi tak ada yang salah senyampang belum basi untuk dinikmati. Cuma saja yang mengganggu, semua harga bahan pangan yang kami santap hari ini, sejak kemarin sudah naik. Boleh jadi harga yang selangit itu yang bisa membuat sembelit. Apalagi sebagian dari bahan pangan belanjaan itu, belum terbayar semua. Tapi toh, kami tetap terhibur karena yang terbelit hutang tidak cuma kami, termasuk tetangga sebelah yang juga menerima gaji dengan patokan UMR. Kecuali itu, negeri sekaya tepublik ini saja, toh terbelit hutang juga, kata Gusti Ratu Aqeela Saijah yang selalu menghibur hatiku saat gundah dan merasa cemas.
Pendek kata, topik diskusi kami yabg dimulai dari pemahaman soal politik identitas sudah kami sepakati untuk dilupakan saja. Sebab yang lebih penting, bagaimana besok harus membayar sisa belanjaan yang belum terbayar pada Wiyoko, tikang sayur keliling, meski kemudian harus menghutang lagi.
Banten, 13 September 2022