Puasa Menyadarkan Kita Untuk Selalu Bersyukur

Syahril Syam, ST., C.Ht., L.NLP

Oleh: Syahril Syam *)

Bersyukur dalam psikologi positif adalah cara berpikir yang melibatkan kesadaran dan penghargaan terhadap hal-hal baik dalam hidup. Ini bukan sekadar merasa senang saat mendapatkan keberuntungan, tetapi juga memahami nilai dari setiap pengalaman, hubungan, bahkan tantangan yang membantu kita berkembang. Menurut Robert Emmons, seorang pakar di bidang ini, bersyukur terdiri dari dua aspek utama. Pertama, menyadari bahwa ada banyak hal baik dalam hidup kita. Kedua, memahami bahwa kebaikan tersebut seringkali datang dari luar diri kita, entah itu dari orang lain atau lingkungan, yang semuanya merupakan karunia dari Sang Maha Sempurna.

Jadi, langkah pertama dalam bersyukur adalah menyadari bahwa dalam hidup ini ada banyak hal baik yang kita miliki, meskipun terkadang hal itu terasa kecil atau dianggap biasa. Kebahagiaan tidak selalu datang dari hal-hal besar seperti kesuksesan atau pencapaian, tetapi juga dari momen-momen sederhana, seperti udara segar di pagi hari, makanan yang kita nikmati, atau dukungan dari orang-orang di sekitar kita. Saat kita mulai melihat hidup dengan perspektif ini, kita akan lebih mudah menghargai setiap hal yang kita alami.

Langkah kedua adalah memahami bahwa banyak dari hal baik dalam hidup kita tidak datang semata-mata dari usaha sendiri, tetapi juga berkat bantuan atau pengaruh dari luar diri kita. Kesuksesan dalam pekerjaan bisa terjadi karena ada mentor yang membimbing, kesehatan yang baik bisa terjaga karena akses ke makanan sehat dan fasilitas medis, bahkan kebahagiaan bisa tumbuh karena cinta dan perhatian dari keluarga serta teman. Dengan menyadari bahwa kebaikan ini datang dari luar diri kita – baik itu dari orang lain atau lingkungan, yang semuanya merupakan karunia dari Sang Maha Sempurna – kita akan lebih mudah merasa terhubung, rendah hati, dan lebih bersyukur atas segala sesuatu yang kita terima dalam hidup.

Banyak penelitian menunjukkan bahwa orang yang sering bersyukur cenderung memiliki hubungan sosial yang lebih harmonis dan bermakna. Ketika kita terbiasa menghargai kebaikan yang kita terima, kita juga lebih cenderung menunjukkan rasa terima kasih kepada orang lain. Sikap ini tidak hanya mempererat hubungan dengan keluarga, teman, atau rekan kerja, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih positif dan penuh perhatian. Orang yang bersyukur juga lebih mungkin membantu sesama, karena mereka menyadari bahwa hidup ini adalah tentang memberi dan menerima.

Selain itu, rasa syukur juga dapat meningkatkan kepuasan hidup secara keseluruhan. Saat kita fokus pada hal-hal baik yang kita miliki, daripada terus-menerus mengkhawatirkan kekurangan, kita akan lebih merasa cukup dan bahagia. Lebih jauh lagi, banyak orang yang merasakan bahwa bersyukur membawa mereka lebih dekat dengan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri – baik itu hubungan spiritual dengan Sang Maha Sempurna, keterhubungan dengan alam semesta, atau sekadar perasaan bahwa mereka adalah bagian dari sesuatu yang lebih luas. Dengan kata lain, rasa syukur bukan hanya soal perasaan pribadi, tetapi juga jembatan yang menghubungkan kita dengan orang lain dan dunia di sekitar kita.

Puasa dan rasa syukur memiliki hubungan yang sangat erat, karena keduanya mengajarkan kita untuk lebih sadar, menghargai, dan terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri. Saat berpuasa, kita secara sadar menahan diri dari makanan, minuman, dan berbagai kesenangan duniawi untuk sementara waktu. Dalam proses ini, kita menjadi lebih peka terhadap hal-hal yang biasanya kita anggap biasa atau remeh, seperti betapa berharganya seteguk air atau sepiring makanan saat berbuka. Pengalaman ini secara alami menumbuhkan rasa syukur dalam diri kita.

Selain itu, puasa mengajarkan kita tentang empati dan kepedulian terhadap sesama. Ketika kita merasakan lapar dan haus, kita lebih memahami bagaimana perasaan orang-orang yang setiap hari hidup dalam keterbatasan. Ini membuat kita lebih bersyukur atas apa yang kita miliki dan lebih terdorong untuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan.

Dengan kata lain, puasa bukan hanya soal menahan diri, tetapi juga cara untuk meningkatkan kesadaran akan nikmat yang sering kita abaikan, memperdalam hubungan dengan Sang Maha Sempurna, serta memperkuat ikatan sosial dengan orang lain. Banyak orang yang merasakan hubungan spiritual yang lebih dalam ketika mereka bersyukur, karena mereka melihat hidup sebagai anugerah dan merasa lebih harmonis dengan alam semesta.

Penelitian menunjukkan bahwa rasa syukur memiliki dampak besar terhadap kebahagiaan dan kesejahteraan kita. Orang yang terbiasa melatih rasa syukur cenderung lebih bahagia, lebih jarang mengalami stres, dan memiliki hubungan sosial yang lebih harmonis.

Hal ini terjadi karena bersyukur membantu kita untuk fokus pada hal-hal baik dalam hidup, daripada terus-menerus mengkhawatirkan kekurangan atau hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan. Bahkan, kebiasaan sederhana seperti mengucapkan terima kasih kepada orang lain dapat meningkatkan suasana hati, mengurangi kecemasan, dan mempererat hubungan dengan sesama.

Tidak hanya itu, rasa syukur juga berpengaruh pada kesehatan fisik, karena dapat menurunkan tekanan darah, meningkatkan kualitas tidur, dan memperkuat sistem kekebalan tubuh. Dan puasa menyadarkan kita bahwa banyak hal yang sering kita anggap biasa sebenarnya adalah nikmat besar yang patut disyukuri. Lebih dari itu, puasa mengajarkan kita untuk lebih peka terhadap orang-orang yang kurang beruntung dan mendorong kita untuk lebih banyak berbagi. Dengan kata lain, puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga latihan untuk lebih menghargai karunia Sang Maha Sempurna dan menjalani hidup dengan hati yang lebih bersyukur.

@pakarpemberdayaandiri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *