Oleh: Syahril Syam *)
Banyak orang ingin segera merasa bahagia tanpa harus melewati proses yang panjang. Mereka mencari jalan pintas, berharap kebahagiaan bisa datang dengan instan. Karena kebahagiaan adalah perasaan, sebagian orang mencoba mengontrol perasaan mereka dengan cara yang mudah, seperti menggunakan narkoba. Mereka ingin menghindari rasa sakit, kesedihan, dan penderitaan.
Namun, apakah benar penderitaan itu selalu menyakitkan? Jika kita melihat lebih dalam, penderitaan sebenarnya bisa menjadi guru yang berharga. Rasa sakit bisa mengajarkan kita ketahanan, kedewasaan, dan pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan. Justru dengan menghadapi penderitaan, kita bisa menemukan kebahagiaan yang lebih nyata dan bertahan lama, bukan hanya kebahagiaan semu yang cepat menghilang.
Tidak semua penderitaan itu menyakitkan, bahkan banyak di antaranya justru memberikan rasa nyaman dan kepuasan. Misalnya, rasa lelah setelah tekun belajar atau stres saat menghadapi tantangan baru setiap hari. Sekilas, itu tampak seperti penderitaan, tetapi jika kita menikmatinya sebagai bagian dari proses menuju pertumbuhan, justru ada kepuasan tersendiri di dalamnya.
Perasaan capek setelah bekerja keras seringkali disertai rasa bangga karena telah berusaha. Tantangan yang sulit bisa terasa menyiksa, tetapi ketika berhasil melewatinya, ada kebahagiaan yang lebih dalam. Dengan kata lain, penderitaan yang dijalani dengan kesadaran dan makna tidak lagi terasa menyakitkan, melainkan menjadi bagian dari perjalanan yang justru membuat kita lebih kuat dan bahagia.
Penderitaan yang memiliki makna dan dijalani dengan kesadaran justru bisa memberikan rasa nyaman dan kepuasan. Rasa capek, lelah, atau stres yang muncul karena usaha dan perjuangan bukanlah penderitaan yang menyiksa, melainkan bagian dari proses yang membentuk diri kita. Ketika kita memahami bahwa setiap tantangan membawa pelajaran, rasa sakit itu berubah menjadi sesuatu yang bernilai. Inilah mengapa banyak orang merasa puas setelah melewati masa sulit, karena mereka tahu bahwa perjuangan itu membawa mereka ke tempat yang lebih baik. Jadi, penderitaan tidak selalu berarti kesengsaraan; ia adalah pintu menuju kebahagiaan yang lebih mendalam.
Seperti halnya siang dan malam yang saling melengkapi, kesulitan dan kemudahan juga merupakan bagian dari keseimbangan hidup. Kita membutuhkan siang untuk beraktivitas, tetapi malam juga penting untuk beristirahat dan merenung. Begitu pula dengan kesulitan – bukan sekadar penderitaan, melainkan bagian dari proses yang membawa kita menuju kemudahan. Jika kita memahami maknanya, kesulitan tidak lagi terasa menyiksa, tetapi justru menjadi jembatan menuju pertumbuhan dan keberhasilan. Dengan menikmati setiap prosesnya, kita akan menyadari bahwa tanpa malam, siang tak akan terasa istimewa, dan tanpa tantangan, pencapaian tak akan terasa berarti.
Puasa bukanlah sesuatu yang membuat kita menderita, justru sebaliknya – puasa mengajarkan kita tentang kesabaran, pengendalian diri, dan makna dari rasa cukup. Awalnya mungkin terasa sulit karena tubuh terbiasa makan dan minum secara bebas, tetapi seiring berjalannya waktu, kita mulai merasakan manfaatnya.
Kita menjadi lebih sadar akan nikmatnya makanan, lebih menghargai kesederhanaan, dan merasakan ketenangan batin. Bahkan, banyak orang yang merasa puas dan nyaman ketika berpuasa karena mereka memahami tujuan dan hikmahnya. Jadi, seperti halnya tantangan lain dalam hidup, puasa bukanlah penderitaan, melainkan bagian dari proses yang membawa kebaikan dan kebahagiaan yang lebih mendalam.
Puasa bukanlah penderitaan, tetapi sebuah latihan untuk mengendalikan diri dan menemukan ketenangan batin. Banyak orang mencari kesenangan instan untuk menghindari rasa tidak nyaman, seperti makan berlebihan, menghabiskan waktu di hiburan tanpa batas, atau bahkan menggunakan zat adiktif. Namun, kesenangan sesaat ini seringkali tidak membawa kebahagiaan yang sejati, justru bisa membuat seseorang semakin kosong dan gelisah.
Sebaliknya, puasa mengajarkan kita bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari memenuhi keinginan secara instan, tetapi dari kesabaran dan kesadaran diri. Saat berpuasa, kita belajar menahan lapar dan haus bukan sebagai bentuk penyiksaan, tetapi sebagai cara untuk lebih menghargai makanan, lebih fokus dalam berpikir, dan lebih tenang dalam menjalani hidup.
Bahkan dari sisi kesehatan, puasa membantu tubuh beristirahat dan memperbaiki dirinya sendiri. Jika kita melihat lebih dalam, puasa bukanlah sesuatu yang menyakitkan, tetapi justru membawa manfaat besar bagi tubuh, pikiran, dan jiwa. Jadi, puasa bukanlah penderitaan, melainkan proses yang membuat kita lebih kuat, lebih sadar, dan lebih bahagia dalam jangka panjang. Dengan demikian, puasa bukanlah beban, melainkan jalan menuju ketenangan, kebijaksanaan, dan kebahagiaan yang lebih dalam.
@pakarpemberdayaandiri