KINERJAEKSELEN.co, Jakarta – Pernyataan anggota Komisi I DPR RI Effendi Simbolon yang mengibaratkan TNI seperti gerombolan, terus menuai reaksi dari prajurit TNI.
Pernyataan tersebut disampaikan Effendi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi I DPR RI dengan Kemenhan dan TNI pada Senin (13/9).
Saat itu, petinggi TNI mulai dari Panglima TNI hingga seluruh Kepala Staf Angkatan hadir, kecuali Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) Jenderal Dudung Abdurachman yang berhalangan hadir.
Ketidak hadiran Dudung ini, menyulut Effendi Simbolon melontarkan kritik terhadap TNI.
Dalam RDP tersebut, Effendi ingin mendapat penjelasan dari Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dan KASAD Jenderal Dudung Abdurachman, terkait isu adanya ketidak harmonisan antara dua jenderal bintang empat tersebut.
“ Kami banyak sekali temuan-temuan ini, insubordinasi, disharmoni, ketidakpatuhan, ini TNI kayak gerombolan ini, lebih-lebih ormas jadinya, tidak ada kepatuhan,” kata Effendi Simbolon.
Pernyataan Effendi tersebut sontak menuai reaksi dari prajurit TNI, salah satunya Kopral Dua Arif yang mendesak Effendi meminta maaf secara terbuka ke publik.
“ Hei, kau Effendi Simbolon, anggota Dewan Komisi I DPR RI. Saya kopral. Saya tidak terima TNI dibilang seperti gerombolan. Saya minta kau segera minta maaf secara terbuka kepada TNI,” kata Arif dalam video yang beredar.
Arif juga mengecam akan mencari Effendi Simbolon sampai ke ujung dunia jika tidak segera meminta maaf secara terbuka ke publik atas pernyataan yang mengibaratkan TNI seperti gerombolan.
“ Kalau kamu tidak minta maaf, sampai di manapun kamu akan saya cari sampai di ujung dunia. Ini Kopral Dua Arif,” katanya.
Pengamat komunikasi politik Emrus Sihombing mengatakan, bahwa komunikasi sangat substansial dalam relasi antar manusia di seluruh komunitas manusia, baik antar individu dan atau antar institusi, (kelompok sosial). Jadi, harus diingat bahwa komunikasi bukan persoalan remeh-temeh.
“ Dengan komunikasi yang bernas bisa menimbulkan kohesi sosial semakin erat. Sebaliknya, dengan komunikasi yang buruk, misalnya pilihan diksi yang tidak tepat konteks dan timing, misalnya pemakaian diksi “gerombolan” bisa timbulkan kerenggangan sosial,” kata Emrus kepada strateginews.co, Rabu, 14 September 2022.
Sebagai persoalan komunikasi, kata Emrus, maka penyelesaiannya dengan pertukaran simbol verbal dan non verbal di antara partisipan komunikasi.
“ Untuk menyelesaikan persoalan terkait penggunaan diksi “gerombolan,” yang mengemuka di ruang publik belakangan ini, sebagai komunikolog Indonesia, saya menyarankan agar segera dilakukan perjumpaan komunikasi antar Panglima dan Ketua DPR,” ujar Emrus Sihombing.
[nug/red]